Tunggalan Pilihan: Maret 2023

02 Juni

The Japanese House — "Boyhood"; mmmarkos! — Live in My Head; Klab Diskorda — "Rantai Kelam"/"Dentum Gusar"; Black Ends — "My Own Dead"/"Song for a Sickhead"; Avhath — "Return to Sender"
Tunggalan Pilihan: Maret 2023
Sampul oleh Ikrar Waskitarana
Baik hanya dimaksudkan sebagai sebuah lagu lepas maupun sebagai materi pendukung dari sebuah koleksi rekaman, mungkin saja terdapat begitu banyak tunggalan yang dirilis dalam rentang waktu satu bulan. Oleh karena itu, melalui senarai ini redaksi suaka suara berusaha menyuguhkan beberapa tunggalan yang ingin disorot sebagai bahan rujukan untuk menemukan musik baru.

Berikut adalah senarai tunggalan yang dirilis sepanjang Maret 2023 pilihan redaksi suaka suara.




1. The Japanese House — "Boyhood"

Entah apa yang ingin dicapai oleh Amber Bain melalui tunggalan berikut. Apabila dibandingkan dengan dua koleksi sebelumnya, tunggalan dari album penuh keduanya mendatang ini justru terdengar sederhana dan minim ornamen. Toh, kalaupun maksudnya adalah untuk ikut menimbrung dalam tren tembang dansa elektronik, ia terlambat beberapa tahun. Satu-satunya alasan yang dapat diterima adalah jika bukan kedua tujuan tersebutlah yang disasar oleh musisi asal Inggris ini.

Benar, tatanan suara yang usang tersebut memberikan kesan kuno. Namun, jika ia lantas memang dimaksudkan untuk memicu bangkitnya memori akan waktu-waktu yang telah lewat—"Boyhood" berisi kerinduan Amber akan masa remajanya yang tak pernah terjadi—penggunaannya justru menjadi langkah yang tepat.



2. mmmarkos! — Live in My Head

Bermain pada dua sisi dari pascapunk, Angelina Paskalia (vokal), Fadhullah Hamid (gitar), dan Ivan Reza (bas) melepas tunggalan maksi sebagai salam perkenalan. Sayangnya, sebab harus dijinakkan menjadi pop indi yang ramah telinga, "Midnight Thought" dan "Pleasure" tampaknya sulit untuk jadi satu yang berkilau di antara gunung-gunung banal rilisan dalam gaya musik tersebut.



3. Klab Diskorda — "Rantai Kelam"/"Dentum Gusar"

Untuk kesekiankalinya, kita harus kembali melihat Bagas Wisnu Wardhana dalam daftar nama personel orkes anyar. Untungnya, kali ini bukan punk yang lagi-lagi dipilih sebagai gaya musiknya. Memang, Encek kembali menyumbangkan suara tetabuhan, tetapi bersama Adam Bagaskara dari Pelteras, Vito Tomharto dari Cum Loud, dan Haecal Aliba Benarivo dari Morgensoll, ia kini dipaksa bermain dalam koridor rok industrial.



4. Black Ends — "My Own Dead"/"Song for a Sickhead"

Hadirnya orang baru ke dalam kehidupan memang hampir selalu disertai dengan munculnya warna-warna baru. Nicolle Swims mungkin mengalami hal tersebut kala Billie Jessica Paine menggantikan posisi Jonny Modes. Kini, saat hidupnya telah membaik, walaupun "Song for a Sickhead" tetap saja terdengar gila, Black Ends akhirnya mampu terdengar lebih ramah telinga melalui "My Own Dead".



5. Avhath — "Return to Sender"

Mungkin sama seperti kita, sebuah kugiran sendiri ingin diri mereka berkembang secara terus-menerus. Namun, apakah menjadi lebih baik harus secara harfiah diwujudkan dengan meningkatkan kualitas dan kompleksitas? Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Pantang membuat album membuat Avhath menjadi kuintet metal yang luwes, sebab rilisan-rilisan singkat yang dilepas tak perlu punya kesinambungan yang kuat satu sama lain. Meskipun begitu, kelebihan tersebut perlu diwaspadai jika pada akhirnya tak ada ciri-ciri kuat yang dapat dipegang sebagai identitas Avhath.

Baca Pula

0 comments