Rilisan Menawan: Februari 2023

07 Mei

Collapse — Saint; Reikko — no more feelings; Caroline Polachek — Desire, I Want to Turn Into You
Rilisan Menawan: Februari 2023
Sampul oleh Ikrar Waskitarana
Di entah kapan ini, kami memilih album, album mini, dan EP yang dirilis pada Februari 2023 lalu dan menarik perhatian kami. Senarai yang mungkin dapat Anda gunakan sebagai rekomendasi dalam menemukan musik-musik baru berikut adalah hasilnya.

1. Collapse — Saint

Meskipun "Rute Menuju Ivory" berhasil memperkenalkan ulang entitas rok indi bentukan Andika Surya ini dalam rupa yang baru—kamus musiknya lebih luas—"Violet Membran" sayangnya hanya merupakan pemeragaan ulang rilisan-rilisan Collapse sebelumnya. Namun, bukan berarti sepenuhnya tak berarti, nomor terakhir dalam EP teranyar proyek-solo-jadi-kugiran ini setidaknya berhasil menjadi bukti bahwa penggunaan bahasa Indonesia tak lantas membuat mereka terdengar menggelikan.

Selain gaya musik templat dalam "Violet Membran", ciri khas lain juga tampak dalam format Saint sebagai sebuah EP, yakni munculnya sejumlah nomor pengisi. Sayangnya, kemunculan kedua nomor tersebut dikemas secara tanggung sehingga tak memberikan kesan selain hanya sebagai pemanjang durasi.



2. Reikko — no more feelings

Tak akan ada yang tak setuju bahwa berakhirnya hubungan asmara merupakan bahan baku terbaik guna menciptakan sebuah tembang, terutama untuk dikemas sebagai ratapan dalam wujud lirik. Namun, bagi Reikko, rasa patah hati bukan satu-satunya hal yang dapat diekstrak dari pengalaman tersebut.

Baik terpaksa maupun tidak, menghabiskan waktu secara intim dengan seseorang membuat kita terpapar dengan kepribadiannya. Di antara sekian banyak hal yang membentuknya, bukanlah mustahil jika terdapat satu atau dua yang akhirnya turut kita warisi. Selera musik merupakan salah satu contohnya.

Sekarang, Anda telah dapat menebak kapan hiperpop datang menghampiri solois yang memulai perjalanan musiknya dengan gaya R&B ini.



3. Caroline Polachek — Desire, I Want to Turn Into You

Sebuah orkes punya gitar, bas, dan drum untuk dibunyikan, maka seorang penyanyi solo hanya memiliki vokalnya. Yah, sebenarnya tidak juga—tentu saja masih ada musik latar yang dapat dibangun, tetapi mantan personel Chairlift ini tampaknya terlalu serius menanggapinya.

Kita semua tahu bahwa vokal Caroline datang dengan autotune yang terpasang tetap—perlu dipastikan apakah ia sebuah siborg—tapi apa perlunya sih mengolahnya untuk menjadi suara gitar berdistorsi? Jawabannya sudah pasti karena Caroline merupakan orang yang usil, atau tukang pamer, atau mungkin tukang pamer yang usil. Namun, jika menilik bervariasinya gaya musik, beragamnya sampel aneh lain, bermacamnya struktur lagu, serta bertabrakannya suara buatan dan natural secara intens dalam album penuh keduanya, musisi berdarah Skotlandia-Ukrainia ini rasanya lebih cocok disebut sebagai ekperimentalis—yang usil dan tukang pamer.

Baca Pula

0 comments