Gara-Gara Garatuba (Jurnal Pertunjukan)

01 Desember

Cerita Adrian melawan hari kerja demi menyaksikan Rollfast memainkan Garatuba dalam gelaran Suddenly Liveshow.
Gara-Gara Garatuba (Jurnal Pertunjukan)
Sampul oleh Ikrar Waskitarana
"Ah, sial. Kalau saja mereka benar-benar memulainya di jam 19.00 seperti yang dijanjikan," batin saya ketika butir-butir hujan mulai berjatuhan. "Lagipula, siapa sih yang mau menyaksikan pertunjukan semalam itu di hari kerja?" lanjut saya mencari-cari kesalahan karena kesal dengan cuaca. Berlebihan? Mungkin. Namun, jika Anda paham seberapa langka kesempatan ini—dapat menyaksikan album yang saya sanjung-sanjung itu dimainkan di kampung halaman—muncul, Anda pasti akan maklum. Untungnya, selama beberapa waktu selanjutnya hanya gerimis yang tinggal menetap—masih ada celah.

Poster Suddenly Liveshow Into The Deep Tour 2022
Gambar 1. Poster Suddenly Liveshow
・・・

Jika saya ingat dengan benar, daftar penukar tiket prapesan baru mencapai urutan ketiga, padahal waktu telah menunjukkan kurang lebih pukul 20.00. Gelaran Suddenly Liveshow yang juga bertepatan dengan Into The Deep Tour 2022 pada malam tersebut sepi pengunjung, sesuai dugaan saya. Sampai akhirnya Noon Radar menendang nada pertama, sepertinya baru 10 orang penonton yang hadir—bahkan sampai malam itu berakhir rasanya paling banyak hanya 40 orang penonton yang hadir.

Runtutan Acara Suddenly Liveshow
Gambar 2. Runtutan Acara Suddenly Liveshow
Di antara keempat penampil pada malam tersebut, kugiran satu inilah yang paling asing bagi saya—benar, kalimat ini dipinjam dari jurnal pertunjukan sebelumnya. Namun, bukan berarti penampilan mereka tak mampu mencuri perhatian saya. Meskipun begitu, ketidakhadiran Raissa Faranda agaknya membuat penampilan mereka terasa kurang maksimal.

Noon Radar di Suddenly Liveshow
Gambar 2. Noon Radar
Hal tersebut bisa jadi sudah diperhitungkan oleh Naradhito—yang ditunjuk jadi penyanyi sekaligus pemimpin pengganti—sebab rupanya ia telah mempersiapkan sebuah trik di balik lengan bajunya. Memberikan daya kejut, dua personel Mad Elephant yang turut hadir pada kesempatan tersebut pun ia undang untuk secara khusus memenuhi formasi Noon Radar di salah satu nomor.

Mandoors di Suddenly Liveshow
Gambar 3. Mandoors
Kala Noon Radar kelar, maka selanjutnya giliran Mandoors yang menggedor. Di antara keempat penampil pada malam tersebut, kugiran satu inilah yang paling tidak asing bagi saya—terakhir, deh. Bosan? Sedikit. Namun, bukan berarti tak ada hal yang menghibur dari penampilan mereka, sebab: a. saya baru tahu kalau Kurniawan Nugroho suka menirukan Nadin Amizah bertelanjang kaki di atas panggung, dan b. saya baru tahu kalau sebagian besar personel mereka lulusan STM Pembangunan, karenanya memilih julukan Mandoors—atau itu hanya kelakar Hana.
・・・

Sesuai urutan penampil, kini giliran Kanina dan komplotannya untuk menjejakkan kaki mereka di panggung. Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah kehadiran Pitra dan Luthfi, yang menyiratkan seberapa kuat mereka saling mendukung—mungkin saya saja yang terlalu perasa. Yang disebut terakhir, bahkan rela pulang dari Jakarta—ia sedang mencoba melahap bangku kuliah lagi—hanya untuk menyumbangkan permainan gitarnya dalam gelaran tersebut.

Kanina dan orkes di Suddenly Liveshow
Gambar 4. Kanina dan Orkes
Meskipun berada di kota—atau lebih tepatnya wilayah—yang sama, ini anehnya merupakan kesempatan pertama bagi saya untuk dapat menyaksikan salah satu personel HILLS Collective—yang ada dan tiada—ini tampil dalam wajah solo. Hasilnya? Menakjubkan. Ode to All Odds rupanya terasa lebih hidup saat dipentaskan secara langsung—tidak sintetis seperti rekamannya.

Kanina di Suddenly Liveshow
Gambar 5. Kanina
Berpamitan, Kanina menyempatkan diri menyanjung Lanes Oil, Dream Is Pry sebagai salah satu album terbaik. Pujian yang tepat, objek yang salah.
・・・

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang menyapa. Setelah semua instrumen siap, tiap personel pun datang menempati pos mereka masing-masing: Arya Triandana siaga untuk membetot bas, Bayu Krisna siap untuk memetik gitar, dan Agha Dhaksa sedia untuk melakukan sihir di depan laptop—ataupun meniup saksofon mini pada waktunya.

Rollfast di Suddenly Liveshow
Gambar 6. Rollfast
Tanpa banyak ba-bi-bu, satu persatu nomor dari Garatuba digulirkan secara sambung-menyambung—transisinya mulus. Menariknya, Rollfast menolak tunduk pada buku—atau dalam hal ini rekaman. Keputusan tersebut pada akhirnya mampu menghadirkan perspektif segar terhadap album penuh kedua trio asal Pulau Dewata berikut.

Rollfast di Suddenly Liveshow
Gambar 7. Rollfast
Sayangnya, tidak—atau kurang—tampak visual menarik yang mampu mendukung pertunjukan mereka kali ini—jangan hitung gambar yang diproyeksikan ke area belakang pemain drum karena dilihat saja sulit. Cukup mengecewakan, sebab saya berharap mereka akan memajang tugu yang keren itu. Namun, saya juga paham bahwa tidak akan mudah membawanya—lagipula panggungnya sempit. Meskipun begitu, paling tidak lampunya dapat dibuat menjadi hijau, bukan?


Baca Pula

0 comments