Rilisan Menawan: Oktober 2020

20 November

Touché Amoré — Lament, LOONA — [12:00], Sajama Cut — Godsigma, Nothing — The Great Dismal
Rilisan Menawan: Oktober 2020

Di penghujung November, kami memilih album, album mini, dan EP yang dirilis pada Oktober dan menarik perhatian kami. Rilisan-rilisan tersebut lantas kami rangkum ke dalam senarai yang mungkin dapat Anda gunakan sebagai rekomendasi dalam menemukan musik-musik baru.

Berikut adalah senarai tersebut.

1. Touché Amoré — Lament

Setelah merilis empat buah tunggalan, yakni "Deflector", "Limelight", "I'll Be Your Host", dan "Reminders"—cerahnya “Reminders” memberikan rasa segar atas kegetiran album sebelumnya—mulai 2019 lalu, Touché Amoré akhirnya melepas secara penuh album kelima mereka pada tahun ini. Berisikan sebelas buah nomor yang solid sebab tak saling tumpang tindih, Lament menjadi bukti konsistensi Touché Amoré dalam menghasilkan karya, sebab secara sonikal tak cukup berbeda dengan Stage Four yang dirilis pada 2016 silam.




2. LOONA — [12:00]

Baru saja melepas [#] (baca: Hashtag) pada Februari lalu, LOONA kembali melepas sebuah EP hanya dalam selang waktu beberapa bulan. Serupa dengan [#] dan “#” yang mengawalinya, [12:00] (baca: Midnight) dibuka oleh “12.00”, sebuah nomor pengantar yang kembali menampilkan gambaran besar dari sang EP dalam rupa agregat cuplikan nomor-nomor lain. Intro tersebut lantas disusul oleh “Why Not”, tunggalan utama yang berhasil menyita perhatian publik dengan nada menggemaskan dan mudah diingat, yang menempati nomor kedua.

[12:00] selanjutnya menyuguhkan enam buah nomor lain dengan gaya suara yang serupa, meskipun dapat dikategorikan ke dalam dua polar yang berbeda, yakni lembut (“Fall Again” serta “Universe”) dan energetik ("Voice", "Hide & Seek", "OOPS!", serta "Star"—”Voice” dengan lirik bahasa Inggris). Keseragaman tersebut, walaupun mengakibatkan tak ada satupun nomor yang lebih menonjol, turut menjadi pembuktian dari LOONA bahwa mereka mampu sekali lagu melepas sebuah koleksi K-pop yang kohesif di tahun ini.




3. Sajama Cut — Godsigma

Meninggalkan junjungan mereka terhadap bahasa Inggris pada tiga album penuh sebelumnya, gerombolan yang dipimpin Marcel Thee ini kembali memeluk bahasa ibu sebagai medium utama mereka dalam menyiratkan maksud. Melalui sisipan metafora yang secara cerdik berbenangmerahkan diksi-diksi seputar seni rupa dan persetubuhan, kuintet—bentuk terkini mereka—ini menyoroti peliknya hidup yang meluas selepas lewat perempat baya. 

Tak perlu payah membahas gaya musik, sebab Sajama Cut adalah bunglon.




4. Nothing — The Great Dismal

Dua tahun selepas Dance on the Blacktop, kuartet asal Amerika ini kembali mempersembahkan karya teranyar mereka. Album yang mengusung gaya musik shoegaze/post-punk ini memuat sepuluh buah nomor, di antaranya “Say Less”, “Bernie Sanders”, dan “Famine Asylum” yang sebelumnya telah dilepas sebagai tunggalan.

Selepas pembukaan muram dari "A Fabricated Life" disambut oleh paduan gitar bising seram dan permainan drum serupa mesin dari “Say Less”, tak banyak nomor yang mampu menonjol selain “Blue Mecca”, sebab ia secara unik terdengar layaknya salah satu nomor dalam Sway milik Whirr. Meskipun begitu, hal tersebut justru mampu membuat The Great Dismal terdengar padu.

Baca Pula

0 comments