Tunggalan Pilihan: Desember 2022

12 Februari

NewJeans — "Ditto"; cameron lane — "Backseat"; Vira Talisa — "Samba di Kota"; Gizpel — "Muram"; Collapse — "Rute Menuju Ivory"; Charita Utami — "Toreh"
Tunggalan Pilihan: Desember 2022
Sampul oleh Ikrar Waskitarana
Baik hanya dimaksudkan sebagai sebuah lagu lepas maupun sebagai materi pendukung dari sebuah koleksi rekaman, mungkin saja terdapat begitu banyak tunggalan yang dirilis dalam rentang waktu satu bulan. Oleh karena itu, melalui senarai ini redaksi suaka suara berusaha menyuguhkan beberapa tunggalan yang ingin disorot sebagai bahan rujukan untuk menemukan musik baru.

Berikut adalah senarai tunggalan yang dirilis sepanjang Desember 2022 pilihan redaksi suaka suara.




1. NewJeans — "Ditto"

NewJeans — "Ditto" Mempertegas arahan mereka untuk melawan arus musik K-pop kiwari, geng asuhan ADOR ini kembali dengan membawa sajian yang jauh lebih jadul. Baltimore club—sebuah gaya musik yang utamanya menyandingkan breakbeat dan house secara bersamaan—merupakan kemasan baru yang mereka usung dalam tunggalan yang berpunggungan dengan "OMG" ini. Menariknya, langkah mereka ini pada akhirnya sama mendapatkan tanggapan yang sama tak lazimnya—dalam artian yang baik.



2. cameron lane — "Backseat"

cameron lane — "Backseat" Lelah tidak, sih, terus-terusan dipandang sebagai anak ingusan? Apalagi jika secara legal kita sudah layak mengambil keputusan sendiri. Penyanyi-penulis lagu asal Carolina Utara ini agaknya merasakan kekesalan yang sama. Berbekal kemampuan mendramatisir keadaan yang ia bajak dari sang idola—Taylor Swift—dan keahlian barunya memainkan musik gitar, cameron lantas meneriakkan kekesalannya.



3. Vira Talisa — "Samba di Kota"

Vira Talisa — "Samba di Kota" Tak perlu diragukan lagi, penyanyi-penulis lagu yang satu ini memang benar-benar ngotot ingin menjadi suksesor musisi pop kota yang satu itu. Memperpanjang Primavera sekali lagi, Vira kembali menyuguhkan musim semi dalam rupa bebunyian, meninggalkan gaya musik yang buluk—walaupun yang sekarang juga tidak bisa dibilang modern—dan kelam. Sayangnya, akan sulit untuk mencolok jika musik-musik asli penghuni masa-masa tersebut terdengar lebih spesial.



4. Gizpel — "Muram"

Gizpel — "Muram" Entah siapa yang belakangan ini berhasil membuatnya kembali tampil dalam rupa yang elegan, beberapa musisi lawas sepertinya tergerak untuk turut melirik bahasa Indonesia dan beralih menggunakannya sebagai mesin utama dari lirik mereka. Sayangnya, gerakan yang masif dan hampir serempak ini memberikan kesan bahwa mereka melakukannya semata karena latah, walaupun mungkin sebenarnya hanya terlambat menyadari bahwa bahasa Indonesia juga dapat diolah sehingga tidak terdengar picisan. Gizpel sepertinya masuk ke dalam—salah satu dari—golongan tersebut.



5. Collapse — "Rute Menuju Ivory"

Collapse — "Rute Menuju Ivory" Menolak benar-benar kolaps, Andika Surya rela menukar lidah, melempar gitar, dan mencomot personel dari kugiran-kugiran tetangga untuk membangkitkan kembali proyek isengnya ini. Hasilnya memanglah segar, tetapi bukan berarti semuanya baik. Sementara musiknya menjadi lebih kaya—perbendaharaan gayanya yang sedikit meluas berhasil dijahit dengan cukup rapi untuk membentuk satu lagu utuh—perubahan bahasanya terasa tanggung sebab masih terdapat porsi kecil bahasa Inggris yang akhirnya mengganjal layaknya selilit.



6. Charita Utami — "Toreh"

Charita Utami — "Toreh" Sungguh, musisi kelahiran Palembang ini bukanlah sosok yang masih dapat disebut anak kemarin sore. Namun, nyatanya memang butuh waktu sekian tahun lamanya bagi Tami untuk percaya diri melangkah tanpa tumpuan selain kakinya sendiri. Tentu, musik elektroniklah yang dipilih untuk diusung—musik yang terpapar padanya beberapa tahun terakhir. Namun, siapa sangka ia justru memilih untuk memeluk sisi yang gelap?

Baca Pula

0 comments