Sayembara: Mereka & Musik

19 Juni


Tepat pada 1 Juni lalu kami membuka Sayembara, sebuah helatan giveaway yang pada edisi pertamanya ini berhadiah tiket Flying Solo Tour Pamungkas babak Semarang. Walaupun diawali dari sebuah percakapan bernada canda, kami senang saat akhirnya memutuskan untuk secara serius mengambil langkah untuk mewujudkannya.

Sayembara suaka suara
Gambar 1. Flyer Sayembara

Dilaksanakan dengan serba mendadak, kami cukup senang dengan respon yang kami terima, baik dari peserta maupun dari tim manajemen Flying Solo Tour sendiri. Respon tersebut pun pada akhirnya membuat hadiah yang pada awalnya hanya satu buah dapat bertambah menjadi tiga buah.

Dalam Sayembara edisi pertama ini, kami meminta para peserta untuk menuliskan cerita tentang mereka dan musik. Kami sadar bahwa mungkin saja menuliskan hal-hal bersifat pribadi ke dalam surat yang akan dipublikasikan tidaklah mudah. Oleh karena itu, kami sangat menghargai 19 perserta yang telah memberanikan diri menuliskan cerita-cerita berikut.

Secara bawaan, kami memilih untuk hanya menampilkan 3 buah cerita milik ketiga pemenang dari Sayembara edisi pertama ini. Namun, seluruh cerita yang masuk sebenarnya dapat ditampilkan melalui tombol "Tampilkan semua surat" di bagian bawah kolom ini.

Akhir kata, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dan selamat bagi ketiga peserta yang berhasil menang. Terima kasih juga kami sampaikan kepada tim manajemen Flying Solo Tour atas dukungannya. Sampai berjumpa di lokasi acara.





Kalau boleh diumpamakan, mungkin musik itu seperti Bapak. Lugas, tidak banyak bicara, tenang, dan mendengar. Bapak sering terlihat membiarkan, membiarkan kita untuk belajar, jatuh, dan bangkit lagi, tak jarang juga marah. Tapi ia lah yang juga kembali menjadi peredam.

Banyak orang bilang mereka sedang mendengarkan musik, sejujurnya musik pun mendengarkan mereka. Kadang orang merasa sendiri, mendengar musik dan berpikir "apakah musik ini diciptakan untuk saya?" Bagaimana bisa semua yg tertuang didalamnya sama seperti apa yang ingin ia katakan pada dunia. Ini lah yang membuat orang sembuh, tidak terkecuali saya. Merasa didengar, merasa ada yang memahami.

Disaat momen momen membahagiakan pun bapak adalah orang yang akan ikut bahagia, musik pun juga begitu selalu ikut menyampaikan bahagia, bahkan lagi mengajak orang lain untuk bahagia.

Berkebalikan, tak jarang banyak juga musik yang menyampaikan kemarahan dan kekecewaan. Se akan akan ingin menampar orang orang "Ayo berbenah!" Musik mampu membuka pikiran orang untuk berbenah, lewat cara tanpa kekerasan.

Musik adalah bapak bagi siapa saja, bapak dari anak seorang petani dengan campursari kebanggaannya, bapak dari anak seorang pedagang pasar dengan dendangan dangdutnya, bapak dari anak seorang wiraswasta misalnya dengan lagu lagu pop khas anak muda nya sekarang. Musik menyampaikan pesan dalam berbagai bahasa, menjamah berbagai kalangan. Menurutku, terlalu dangkal untuk mengartikan musik adalah sekadar lagu pop, lebih dari itu. Ia membawa pesan bagi pendengarnya, mengubah seseorang dan mungkin dunia dengan memberi harapan.

Seperti album terbaru Walk the Talk, Pamungkas menghadirkan musik yang segar dan pesan pesan lirik yang dalam dan dekat dengan kita. Mencoba berbicara tentang kehidupan, cinta, dan harapan -kalau kata admin hehe

Bagi banyak orang Pamungkas dan musiknya sendiri hadir membawa pesan dan membawa value bagi semua orang! Sukses terus kak Pamungkas! Sukses pula suaka suara!


- Clara





Musik.
Bagaimana kecintaanku terhadap dia ya?
Hmmm,
Biarkan aku berpikir sejenak.

Kalau diingat ingat mungkin Desember 2010,
Tepat tanggal dua puluh empat,
ya malam natal
Waktu itu aku sedang bersiap siap menuju gereja untuk merayakannya dengan keluarga namun pukul 17.00 telefon rumahku berdering
Aku tidak tahu siapa yang menelepon namun tiba tiba mami berkata kepaku yang dilantai 2 "kakak, bawa baju banyak ya kita ke rumah eyang sekarang, tolong bangunin adek sekalian"
kusiapkanlah baju baju dan kubangunkan adek, kupikir kita mau merayakan natal disana bersama keluarga besar.

Sesampainya disana kulihat banyak sekali orang yang menangis, bukan mereka bukan orang yang aku kenal.
Entah siapa mereka tiba tiba mereka ada disana.
Lalu aku masuk ke kamar dimana banyak sekali orang disana, disitu aku melihat eyang putriku yang tergeletak dikasurnya sendiri dan banyak yang menangisinya, entah apa yang terjadi aku masih terlalu kecil untuk mengerti situasi itu.

Mami mengatakan padaku bahwa eyang sudah tidak ada dan ya aku yang berumur sepuluh tahun waktu itu menangis sejadi jadinya.
Bagaimana tidak? Aku kehilangan partner rebutan remote tv, kehilangan partner yang selalu mengingatkan aku untuk makan sayur, kehilangan partner yang selalu mengingatkan aku untuk tidak lupa berdoa.

Sehari berlalu, tiga hari berlalu, seminggu berlalu aku tidak bisa melupakan eyangku.
Lalu suatu hari di awal bulan Januari 2011, mami menyalakan lagu di kamar eyang yang berjudul Tuhan Pasti Sanggup yang dinyanyikan oleh Maria Shandi dan ya.. ini adalah lagu favorit eyang.

Setiap kali kita kerumahnya pasti lagu ini yang terputar entah disengaja atau tidak disengaja.

Susah untuk melupakan eyang pada mulanya, namun lambat laun aku menyadari bahwa yang kita perlukan bukan untuk melupakan namun untuk mengiklaskan. Akupun menyadari bahwa apapun usaha yang aku lakukan untuk melupakan, tidak akan pernah berhasil. Bagaimana bila kita mengiklaskan saja?

Mendengarkan lagu 'Tuhan Pasti Sanggup' kadang mengingatkan aku pada eyang namun itulah yang membuatku menjadi diriku yang sekarang, dita yang mencintai musik.

Saking sukanya aku dengan lagu itu aku belajar main piano hanya untuk menyanyikan lagu itu dengan versi ku sendiri. Dan saking akrabnya aku dengan piano aku jadi ingin menguasai alat musik yang lainnya.

Sembari menyelesaikan les pianoku, aku belajar drum juga. Sadiskan? Jujur waktu aku daftar les drum, pelatihnya bahkan tidak percaya karena ada seorang perempuan yang mau belajar drum.

Tidak ada satu hari pun yang aku lalui tanpa bermain musik. Entah piano, kajon, gitar atau ukulele. Lelah? Sangat. Tapi aku menemukan ‘peace of mind’ dari bermain musik.

Dan ya, aku ulangi lagi bahwa karena lagu itu aku jadi dita yang sekarang...
Iya sekarang aku sedang menempuh pendidikan film disalah satu perguruan tinggi di Indonesia.

Di kuliahku ini aku mengambil jobdesk sebagai sound designer (orang yang mengurusi aspek suara dari film) dan tentu saja aku juga belajar scoring (musik) untuk film. Awalnya aku ragu untuk mengambil jobdesk ini namun aku sendiri berkata kepada diriku 'ayo tunjukkan apa yang kamu bisa dita' dan ya, aku menunjukkan keunggulanku kepada dunia.
Walau belum pro pro amat dalam membuat musik setidaknya orang orang disekitarku mulai menyadari kemampuan membuat musikku ini.

Semakin kesini semakin aku enjoy dalam bikin cover dan tentu dalam membuat musik. Karena musik ini juga kemampuan berbahasaku menjadi lebih baik hehehee.

Tanpa musik aku tidak bisa sampai sejauh ini, terimakasih telah menyatu dengan ragaku

Oh ya, karena musik ini aku juga bertemu dengan orang yang sangat cocok denganku. Kadang kita collab buat beberapa cover lagu. Hehehe, doakan kami bisa bersama ya dimasa depan!.

- Anindita





Masih teringat benar di dalam benak pikir, saat aku tak sengaja mendengar lantunan sebuah lagu yang terputar di salah satu stasiun radio. Memang ibu setiap hari tidak lepas dari benda kotak hitam itu, menjadi teman dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Empat tahun diriku kala itu sedang terdiam. Pikiranku hanya tertuju pada satu buku bacaan anak-anak yang baru ibu belikan di pasar minggu. Hingga sebuah suara husky berat milik Reza Artamevia berdengung bagai teror indah. Tidak seharusnya anak TK mendengar lagu-lagu dengan makna yang hanya bisa orang dewasa resapi, bukan? Tapi bagaimana pun itu, setiap instrumen, nada, harmoni dari sang maestro berhasil merasuki aku yang notabene adalah seorang anak ingusan. Yang kurasa itu adalah akhirnya, tetapi tidak. Musik dari Reza Artamevia seolah terus menyuntikkan irama candunya padaku. Hingga rasa minatku terhadap buku bacaan, beralih pada satu hal ajaib di dunia bernama musik. Katanya, waktu akan menyibakkan atau bahkan menghilangkan rasa minat seseorang terhadap sesuatu, namun itu tidak berlaku padaku. Setiap hari aku mendendangkan lagu-lagu hits dari Reza Artamevia, setiap hari itu pula aku selalu dibuat gila dengan nyawa yang ada pada setiap lagu keluaran terbarunya.

Jika bertanya lagu apa yang dimaksudkan? ‘Berharap Tak Berpisah’ dan ‘Satu Yang Tak Bisa Lepas’ lah yang akan aku sebut dengan bangganya. Waktu aku kecil mungkin ikut mengapresiasi karyanya dengan sekedar menggumam dan hafal lirik saja. Tapi kelucuan dimulai saat aku menginjak umur dewasa, bukan lagi aku hafal di luar kepala, tetapi mulai merasakan apa itu intisari dari lagi itu sendiri. Seolah aku dibawa dan ikut larut pada apa-apa saja yang sosok Reza Artamevia sedang ceritakan dan tunjukkan pada lagu yang dihiasi dengan riuhnya beberapa instrument tersebut. Musik, musik, dan lagi-lagi musik. Bahkan setiap dentingan kecil yang tertangkap oleh indera pendengaranku akan berubah menjadi soundtrack terhadap apa yang sedang aku lakukan. Aku hanya bisa memainkan beberapa instrumen musik, bahkan salah satu diantaranya aku berjuang menyelaminya dengan bantuan jasa professional yang sekarang mungkin kemampuanku kian memudar haha. Aku tidak memiliki kiblat akan seperti apa musik yang akan terus aku dengarkan sampai akhir nanti.

Bahkan, banyak sekali musisi kenamaan silih berganti menghiasi daftar main di Walkman dan pemutar musikku. Tiada hari tanpa mendengar musik mungkin terdengar sedikit klise. Terlepas dari segala hal, musik telah membawaku, membawa alam pikiran, membawa jiwa-jiwa ku berhasil menjajaki pengalaman baru dalam hidup. Dan tak lupa, secara aku pribadi menaruh hormat tinggi pada sosok Reza Artamevia karena telah mengenalkan padaku beberapa lagu terhebat sepanjang masa di negeri ini. Dan aku sadari, aku-dan-musik-adalah-satu. Tidak ada jarak diantara kalimat tersebut.


- Adjie





Tampilkan semua surat



Hai, namaku Putri, umur 17 tahun. Sejak kecil, aku tumbuh di keluarga yang mencintai musik; dengan cara kita masing masing, ibu yang suka berdendang secara verbal walaupun tak sebagus Adelle namun tetap enak didengar. Ayah yang menyetel keras lagu dangdut pop kesayangannya lalu bergoyang kecil mengikuti irama musik. Adel yang suka lagu lagu anime yang paling jumlahnya bisa dihitung dengan tangan, jadi serumah bisa hapal diluar kepala lagu lagu yang notabene berbahasa Jepang. Nenek yang suka sekali mendengar radio tiap jam 13.00 lalu menikmatinya hanya dengan duduk disebelahnya, ikut bernyanyi kadang namun lebih sering hanya diam meresapi, mungkin. Dan terbentuklah aku yang, ga bisa tanpa kuota karena ga bisa nyetel Spotify gratisan buat ndengerin lagu hahaa. aku menyukai lagu, apa saja, yang enak buat didengar spesies manusia hehe. Yang menjadi playlist andalan pastinya lagu indie yang gaspoll abezzz. Gatau kenapa yah, aku bisa sebegitu sukanya sama lagu lagu nya mas pam. Mungkin sehati ya sama perasaanku yang i love him but im letting him go, hahanjay. Yahh and for all the love that havent got to you mas pam, sorry. Aku cuma satu dari ribuan penggemar kau yang manggut-manggut, menyeka air mata, dan galau cuma dengan denger suara mas si, bagaikan galaxy nih ya aku cuma butiran upil yang disentil siang tadi di mie ayam hahaha alay bgt. But bener ya, ga habis pikir kenapa bisa lagu lagunya mas pam muter terus dikepalaku. Ngmng ngmng soal lagu, pengen banget denger suara nya langsung ih sumpah. Pas tau ada tour, pengen langsung beli tiket, tapi the problem is menabung buat aku yang udah lulus dan gaada pemasukan ini amatlah susah Abang. Ada give away ini adalah lampu dipinggir jalan, mmm ya pokoknya itu lah.

WAHHH NOVELL WKWKWK,

sorry banyak banget haha, i just wanna say that i trully meedly deeply ini love with mas pam's song,

So sad domisili saya Demak, kota kecil di sebelah Semarang yang jarang ada konser konser atau tour kayak gini, (nangis guling guling) Yah sapa tahu Demak dihitung Semarang dan diberi kesempatan menonton yah, Aamiin paling serius ini hehe

Saya sertakan loplop ga terlihat
Hahaha apasih
Ga bisa terlalu berharap juga, tapi tetep berharap banget :""""(
See uu mas pam,


- Putri






Well. I know im not from semarang. But fuck it. I just want to share this story.

Gua mulai menentukan kelak gua akan jadi musisi pada umur sekitar 12 tahun. SMP. Selalu di cekokin kaka gw musik musik baru yang sama sekali gak gw kenal dari MCR, beatles, queen, arctic monkeys, jamie cullum,john mayer dengan neon nya gw inget banget gw bengong denger intro nya. kebanyakan band band british sih. Akhirnya mulai Latian sana sini. Manggung cuma sekali karena masih gak pede dengan skill. SMA mulai belajar gitar dengan motivasi biar bisa bikin lagu sendiri (dan biar keliatan keren depan cewe of course, u know). Semakin kuat keyakinan bahwa gw yakin gw bakal jadi musisi kelak. Dan memutuskan akan masuk kuliah musik kelak kalo sudah lulus SMA

Long short story. 2013. Lulus SMA. Life brought me down. Bahwa gak semua berjalan dengan rencana. Kuliah musik mahal. Akhirnya kerja sambil nabung kuliah yang ironisnya sampe sekarang gak kuliah kuliah karena keluarga sangat menentang gw masuk musik. Seiring kerja keinginan main musik mulai pudar. Terakhir nonton konser 2013 jaman jaman SMA. After that my life was like eat sleep work repeat. My mind was like " i love you "passion", but... Maybe u're not my path." Gw kayak membohongi hati sendiri. Lebay i know but.. gw jamin lo juga pasti ada yg pernah kayak gw apapun cita cita lo. Tapi gw tetep update dengan segala musik musik baru yg muncul di lokal dan luar.

Sampai akhirnya 2018 around oktober november kalo gak salah. Gw nonton konser pamungkas di IFI. Walk the talk. (gw beli tiket nya karena penasaran dan albumnya selalu gw setel pulang pergi berangkat kerja).
And i found a fact that blow my mind. Ini orang ngerjain albumnya sendiri. Semuanya. Dari mixing. Mastering. Everything. Fuck. Fuck you pam. Gw inget Saat sekolah gw gak pernah bisa manggung karena temen gw gak ada yang serius main musik/band. Gw selalu nyalahin keadaan kayak " ah gak ada temen ngeband yaudahlah solo juga percuma". Then this guy. This fuckin pamungkas udah kayak tiba tiba bikin konser. Bagus. Banget. Terus ngelempar ke gw. Nih gw bikin album gw ngerjain sendiri. Shit. Seriously. Dan disaat yang sama diperjalanan pulang dari walk the talk concert. Gw cuma " anjing gw gak ada apa apanya. Gw yang selalu bikin alesan buat nyalahin keadaan." And fuck this gara gara walk the talk. This fuckin album. Passion gw akan musik balik lagi. Anjing emang. But... Music is weird ya? Like u always said.


- Agan





Saya mengenal musik ketika saya menyukai lagu lagu yang sering diputar oleh ayah saya. Tepatnya ketika saya menginjak usia sekitar 10 tahun. Ayah saya sering memutar lagu lagu milik Roxette, firehouse, dll. Saya menyukai setiap ketukan dan setiap nada, karena pada saat itu saya belum cukup paham untuk mengetahui setiap makna yang ada dalam lagu tersebut.

Hingga suatu masa saya dihadapkan masalah yang membuat saya memaknai lagu bukan sekedar ketukan nada nada nya, tetapi juga isi yang disampaikan oleh sang penyanyi. Saya merasa lebih nyaman ketika mendengarkan lagu lagu yang seakan akan mewakili kondisi saya pada saat itu. Liriknya begitu tepat, benar benar mewakili saya. Saya masih tetap menyukai lagu lagu british, tetapi kini saya lebih menyukai lagu lagu dengan alunan santai, juga menenangkan.

Suatu hari saya dihadapkan masalah yang membuat saya benar benar hancur, masalah yang menempatkan saya pada posisi harus melepaskan, namun dilain sisi saya masih begitu menyayangi. Dan pada saat itu pula, tiba tiba playlist saya menyasar pada lagu 'I love you but I'm letting go' milik pamungkas. Lagunya benar benar menghangatkan, makna lagu mengajarkan cara menyayangi seseorang sebijaksana mungkin. Rasa suka saya ini mengantarkan saya pada lagu lagu milik pamungkas yang lain, seperti 'sorry' yang membuat saya lebih lega ketika melepaskan seseorang. Hingga 'once' yang entah kenapa sama persis dengan kisah saya, november pembawa perubahan drastis dalam hubungan kami.

Selain itu saya menyukai lagu lagu milik Adele, dan sam smith untuk penyanyi solo karena perpaduan suara, lagu, dan makna nya begitu dalam. Untuk band, saya menyukai the beatles, awal saya suka the beatles yakni dengan lagu berjudul 'hey jude'. Saya juga menyukai lagu berjudul 'nothing gonna change my love for you', 'we could be in love' nya lea salonga, dan 'you' nya basil faldes.

Itulah kisah perkenalan saya dengan musik.


- Shifa





Halo! Saya Chyntia.
Sejujurnya saya juga nggak ingat di umur berapa saya mulai menyukai musik, mungkin sekitar umur 2 tahun. Ibu bilang, dari dulu saya udah hobi menyanyi dan mendengarkan musik dg genre apapun. Bahkan lagu-lagu jadul seperti madu dan racun sebelum di cover sama Jrock, terus lagunya Tante Betharia Sonatha yg berjudul hati yang luka pun sampai sekarang masih hafal. Saya termasuk orang yg tidak bisa terpaku dg satu macam musisi, asal lagunya easy listening bagi saya, ya nikmatin aja. Sampai dulu sering banget disebut sama temen-temen sebagai ''radio berjalan", gara-gara hampir semua judul lagu terutama pop Indonesia hafal. Terkadang juga heran, keluarga besar saya tidak ada yg menjadi penyanyi/ terjun di dunia musik, tapi ya suara kami ngga jelek-jelek amat karena saya pernah bergabung di tim padus sekolah untuk mengikuti lomba dan membawa nama baik sekolah karena berhasil mendapatkan juara 1 di Kota Pekalongan tahun 2016 lalu.
Sudah menjadi kebiasaan setiap hari pasti rumah selalu penuh dengan suara musik, karena saya tipe orang yang kalau sedang bad mood, diperdengarkan musik aja langsung bisa good mood lagi. Percaya ngga percaya, ya memang begitu kenyataannya. Bahkan Bapak dan Ibu sampai hafal nada lagunya Never Enough ost. The Greatest Showman karena sering banget saya putar di playlist platform musik. Saya rasa semua keluarga saya memang bisa menikmati semua genre musik apapun hehe. Sebentar lagi juga akan tau lagunya mas Pamungkas karena ini lagi sering-seringnya di play hehe. Oiya, ngomong-ngomong saya jatuh cinta dengan karakter suara mas Pamungkas hanya dari 1 putaran lagu Wait a Minutes yang diperdengarkan oleh salah satu teman, Chusma, di hutan Pinus, Jogja, Desember akhir tahun 2018 lalu. Setelah itu langsung cari semua lagunya di album pertamanya Walk the Talk dan ya emang semudah itu dapet referensi musik yg easy listening bagi saya.
Seperti yang saya tulis tadi, saya percaya bahwa musik memang bisa mengubah segalanya; mengubah suasana hati, menyatukan segala perbedaan, bahkan liriknya bisa menjadi doa bagi yang menyanyikan maupun yang mengaminkan, tergantung dari sudut mana kita meresapinya. Doa saya, semoga musik dan musisi Indonesia semakin dihargai dan diperhatikan lagi di Indonesia, dan diberikan wadah bahkan kesempatan yang sama. Maju terus musik Indonesia, amin!
Terakhir, saya berharap sekali bisa memenangkan sayembara surel ini, biar bisa sing a long bareng-bareng dengan orang-orang baru dan ngga sendirian lagi. Tetapu kalaupun memang belum rejeki saya, semoga bisa menonton konser mas Pamungkas dilain kesempatan!


- Chyntia





As Indonesian people, pasti pernah kan dinina boboin? Yaa, lagu sejuta umat membawaku dan mungkin jutaan anak lain yang mendengarkan hafal lantunannya tanpa harus mempelajari lirik dan nadanya secara khusus. Kami yang bahkan belum bisa melihat dengan jelas sudah diperdengarkan. Beriringan dengan bertambahnya tinggi badan, pengetahuan tentang lagu-lagu mulai bertambah juga. Aku yang syukurnya lahir di tahun '99 masih menemui lagu anak, ingat sekali saat itu McD mengeluarkan CD lagu-lagu anak yang bisa diputar dengan radio, setiap waktu senggang dirumah selalu diputar. Bintang Kejora jadi andalanku membuat kasur berantakan karena menari-nari dibuatnya. Tidak ada yang lain, CD itu terus diputar sampai suaranya tidak lagi mau bersua bersama. Sekolah Dasar, malas sekali dengan rutinitas yang sama setiap pagi. Bangun pagi, mandi, menyiapkan seragam, buku, belum lagi PR yang lupa dikerjakan, atau pensil yang tidak ketemu-ketemu. Radionya masih ada, dan pagi itu ibu menemukan saluran yang selalu memutarkan lagu semangat setiap jam yang sama. Kebiasaan baru pun datang, musik setiap pagi dari radio usang. Masih ingat, lagu J-Rocks cukup mengguncang semangat pagiku. Aku tempel telinga ke radio untuk mendengar dengan jelas apa yang dilafalkan vokalisnya. Maklum, belum kenal internet apalagi gudang lirik dot com. Waktu terus berjalan, alat musik mulai menggoda. Aku dapat gitar pertamaku di SMP. Tapi tak tau kenapa, sampai sekarang aku masih belum sempat memainkannya dengan benar. Satu-satunya alat musik yang aku kuasai dengan baik: recorder a.k.a suling modern. Cukup membantu saat ujian praktek mata pelajaran musik hahaha. Kalau begitu, aku memilih menjadi penikmat saja. Kebetulan, dunia cukup adil, menyediakan golongan-golongan pencipta. Kini, dibantu teknologi: platform digital, yang bisa mengakses musik kapan dan dimanapun, bahkan gratis. Tapi, datang, bertemu dan berinteraksi dengan pemusiknya adalah hal yang paling menyenangkan. Walau kami tidak bisa berjabat tangan, setidaknya kami bisa lihat caranya menatap microphone. Saat itu juga aku tersadar, musik bukan soal apa yang bisa didengar dengan telinga saja, atau soal apa yang bisa mulut keluarkan dengannya. Hentakan kaki, senyuman, tepuk tangan riuh, lampu-lampu, lambaian tangan, membuat musik benar-benar hidup. Adapun genre kan selera, maka, silahkan saja.


- Aghniya





Halo Kak, Mas, atau Mbak. Perkenalkan saya Shalma. Sedikit mau cerita nih, dari dulu saya suka musik, dari SD suka dengerin lagunya Peterpan, nah kalo pas jaman SMP lagi ngetren banget musik reggae, tiap hari pasti ngedengerin lagu-lagunya. Biar nanti tau kalo ada temen yang nyanyi, jadi bisa ikut nyambung, hehe. Tapi saya mau cerita nih pertama kali suka musik genre indie gitu. Pertengahan tahun 2016 ada temen ngedengerin lagu yang saya sendiri nggak tau itu lagu apa, akhirnya saya ikut ngedengerin. Di dalem hati ngomong ini kok lagu keren banget, maknanya dalem juga padahal nggak terkenal. Terus tanya temen itu lagu apa, ternyata lagunya Banda Neira yang judulnya Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti. Langsung suka dan langsung mikir ini nih lagu yang cocok buat diri saya! Langsung deh minta dikirimin lagu itu. Makin lama makin suka musik kayak gitu, tiap hari ngedengerin di kos pake volume paling tinggi. Nyari-nyari juga lagu-lagu lain dan nemu lagunya Fourtwnty, Fiersa Besari, Figura Renata, dan masih banyaaaak lagi. Dulu awal tau lagu indie bisa langsung ngerasain ini beneran lagu maknanya dapet banget. Yang nyanyi bener-bener musisi, walaupun nggak terkenal. Tapi makin kesini udah banyak yang tau lagu-lagu itu, kadang kalo ada yang ngedengerin nyindir di dalem hati "kemana aja mas mbak baru tau lagu itu" hehehe. Kadang juga ngerasa sebel kalo penyanyinya makin terkenal, rasanya kayak nggak mau berbagi sama orang banyak. Itu pikiran jelek banget ya. Tapi nggakpapa sih sebenernya yang makin terkenal, jadi makin banyak yang support.
Tahun 2018 awal temen deket juga ikutan suka lagu-lagu itu, kita mulai nih nonton konsernya. Tiap hari pasti balapan update lagu baru, nyeritain makna lagunya, dan gimana penyanyinya. Selalu nyanyi bareng juga pas lagi boncengan.
Sebenernya masih banyak yang pengin diceritain, tapi segini dulu ceritanya. Terimakasih :)


- Shalma





Musik dan saya? Berawal dari umur belia mencoba bernyanyi di depan kelas "balonku ada lima" diumur 6tahun dan diumur 12 bersama kawan belia di Sd membentuk sebuah band untuk acara perpisahan, ditemukanlah kecocokan antara saya dan musik
Terus berkembang dan kadang mengambang sampai sekarang ini
Musik seolah menyatu dan termaknai serta menggambarkan apa yang dirasakan saat ini, pendalaman akan yang diliat mata saat memulai melamgkah menatap dunia, beriringan bersama denganmusik.
Saking sayangnya Sampai berkeinginan punya musik sendiri, menciptakan lagu, entah untuk saya atau yang lain. Musik tak akan pernah lepas dengan saya. Seperti membawa tas berisikan earphone kemana saya pergi, karna musik kadang juga jadi obat penyembuh keresahan ketika sedang mengalami masa sulit, selain bersosialisasi tentunya.
Tentang pamungkas, suka juga
-I love u but I'm letting go
-one and only
Jadi teman saya sehari2
Alunan piano waktu live di yutub sejenak volume dalam earphone penuh buat lupa dunia dan ikut dalam alunannya dengan pemahaman emosional yang terlihat pada videonya yang live di kiosojokeos yang selalu kulihat .

•Semoga dapat kesempatan untuk bertemu sang penyanyi dan pencipta aslinya yang katanya dulu diawali dari gitar2an sendiri sampai bisa dikenal saat ini. Ingin ku katakan langsung "mas,kamu Keren" dengan penjabaran yang lebih dari satu halaman nantinya jika terjadi Salam buat mas Pamungkas.


From deepest heart that I feel ever


- Raka





Pertama kali saya kenal musik sekitar kelas 3 atau 4 SD, dulu jaman-jamannya genre Pop sedang booming-boomingnya. Di rumah, saya tinggal bersama keluarga besar dari ayah saya so there's lot of people in my house and all of them likes different genres of music.

Yang berperan besar dalam mengenalkan saya dengan musik adalah Om saya. Tiap sore dia selalu nyetel lagu-lagu slow rock such as Scorpion-Wind of change, Steelheart-She's gone, White Lion-You're all I need dsb. Dari situ saya mulai meng explore lagu-lagu rock jadul angkatan 80-90 an.

Seiring waktu entah kenapa saya jadi jatuh cinta dengan musik metal (ya namanya anak muda eheh). Awal kenal genre metal itu pas lagi youtube an di warnet deket rumah ada yang nyetel lagunya Avenged Sevenfold yang judulnya A little piece of heaven. Langsung deh search di youtube dan sampe sekarang suka metal

Habis Avenged mulai merembet ke Slipknot, Suicide Silence, Lamb of God, Black Sabbath, Mötley Crüe, Rammstein, dll. Dan sekarang lagi giat-giat nya dengerin band" Black Metal, kaya Behemmoth, Darkthrone, Immortal, Burzum dan kawan-kawannya.

Sekarang malah putar haluan 180 derajat (mungkin saya masih labil wkwk). Sekarang jadi suka band" rock indie kaya Barasuara, The Panturas, .Feast, The Sigit dsb. Oh ya, saya juga udah 2x nonton gigsnya Barasuara di Semarang. Pertama kali karna diajakin temen masih ngerasa asing kan sama bandnya pas konser ke 2 eh malah jatuh cinta wkwkwk.

Dari suggestion playlist sp*tify saya juga dikenalkan musisi" folk,alternatif dll. Pas lagi ngulik lagu folk ketemu lagunya Pamungkas yang I love you but I'm letting go. Auto jatuh cinta sih, fix. Lirik nya simple but somehow its unbelievably deep too. Apalagi momentnya pas saya barusan putus (gila coy seumur" baru pacaran sekali pas kls 2 SMA, cuma bertahan 2 bulan bngst).

Maka dari itu, saya pengen menang tiket Flying Solo tour supaya bisa nyanyi di front row sekenceng"nya untuk meluapkan kegalauan dan uneg" lainnya (moga" engga mewek wkwkw karna pas dengerin Pam pertama kali tiba" air mata ngalir gitu aja wkwkw sad)

Udah sih itu aja, mon maap ya admin Suakasuara harus baca ke gajean surat saya wkwkwk

*P.s Om saya dengerin lagu" lawas gitu di teras rumah. Pake speaker dan di full in volumenya jadi ya tetangga mau ga mau juga ikutan denger lagu" rock jadul kesukaan om saya wkwkwk kerad lurd


- Yoseph





Hallo.....

Salam kenal semua...

Oke, aku mau sedikit menceritakan awal mula aku berkenalan dengan musik. Aku mulai suka musik sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebenernya kalo boleh berpendapat, sebenarnya kita udah mulai tahu musik dari kecil bukan? Atau bahkan semenjak kita ada di dalam rahim ibu. Karena sejak saat itu kita sudah didengarkan dengan lagu-lagu yang didengarkan ibu kita saat mengandung.

Nah kembali ke topik, aku mulai belajar musik saat usia 13 tahun (kelas 2 SMP). Pada waktu itu aku mulai mempelajari alat musik gitar. Aku tertarik dengan gitar karena melihat kedua kakakku sangat asik bernyanyi dengan bermain gitar. Dan saat itu pula aku belajar gitar secara otodidak dengan mempelajari chord di majalah musik, namun sesekali aku diajari kakakku. Lama-kelamaan aku mulai bisa bermain gitar.

Setelah beranjak SMA, aku diajak teman untuk ikut gabung di bandnya sebagai vokalis. Padahal suaraku juga gak bagus-bagus amat. Dan bandnya pun beraliran hardcore, hahaha. Karena pada saat itu hardcore sedang banyak digandrungi. Alhasil aku ikut gabung dan aku mulai belajar musik-musik hardcore. Ternyata mendengarkan musik keras juga tidak buruk kok. Dan kitapun sering manggung sana sini. Sampai pada saatnya aku masuk masa-masa ujian dan akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari band agar lebih fokus belajar.

Tidak berhenti disitu, memasuki masa kuliahpun ternyata hidupku tidak terlepas dari musik. Aku mulai diajak teman kuliahku untuk ngeband lagi. Bedanya, sekarang aku jadi gitaris. Waaaah bakatku bermain gitar akhirnya tersalurkan, pasti senang dong. Walupun band ini hanya untuk sekedar hobi dan mengisi waktu luang, tapi kita sesekali manggung untuk mengisi acara seperti di cafe atau acara kampus. Dan karena kita sibuk dengan kegiatan masing-masing akhirnya kita memutuskan untuk tidak melanjutkan bandnya.

Akhirnya sekarang aku lebih memilih sebagai penikmat musik (pendengar) ketimbang sebagai pemain musik. Saat kuliah aku sering menonton konser-konser musik. Salah satu band yang aku sangat excited sekali buat aku tonton yaitu Efek Rumah Kaca, karena mereka unik dan lagunya tidak melulu soal cinta. Dan aku mulai denger musiknya semenjak SMA.

Alasan kenapa aku suka musik karena dengan musik kita bisa meluapkan emosi dan apa yang sedang kita rasakan bukan? Kalo kita galau biasanya kita mendengarkan lagu-lagu yang melow, kalo kita lagi marah kita bisa mendengarkan musik keras atau cadas, dan kalo kita lagi senang biasanya kiita dengerin lagu-lagu yang musiknya up bit. Dan secara tidak langsung musik bisa membuat mood kita lebih baik setelah dengerinnya. Musik juga bisa mengeksplorasi diri kita untuk berkarya.

Dengan surat ini saya berharap bisa memenangkan sayembara untuk memenangkan tiket “Flying Solo Tour” nya Pamungkas. Karena saya sangat ingin merasakan euforia menikmati lagu-lagu Pamungkas di albumnya yang ke-2 ini dan karena saya ngefans sama Pamungkas...

Semoga keberuntungan berpihak kepada saya, Aamiin...


- Astri





Halo, aku Mita, umurku 20 tahun, saat ini aku berada di Semarang, tepatnya di Tembalang. Izinkanlah aku untuk sedikit bercerita mengenai aku dan dia, aku mengenalnya sejak kecil, orangtuaku, guru-guru di TK, dan tetangga-tetangga disekitar rumahlah yang pertama kali mengenalkannya padaku, sejak kecil aku mulai menyukai dia, aku sangat mudah menghafal dan menyenandungkannya, ya, dia adalah musik, sebuah karya yang sangat indah. Sejak SD, lalu SMP aku semakin menyukainya, mulai dari genre jazz, lalu pindah ke punk rock, lalu pindah lagi ke pop.

Ah aku masih ingat, dahulu ketika aku sedang belajar, aku sealu memutar sebuah instrument, karena menurutku instrument itu bisa membuatku lebih santai dan relax, aku juga ingat saat-saat dimana saat aku tidur harus mendengarkan musik. Sampai aku mulai beranjak remaja, aku mulai memahami makna dari sebuah lagu, ada beberapa lagu yang memang benar-benar pas dihati, saat sedih kusetel lagu “A” saat senang kusetel lagu “B” saat jatuh cinta kusetel lagu “C”. Semua yang kurasakan rasanya bisa kugambarkan dengan lagu-lagu itu. Selain itu aku juga menyukainya karena saat aku sedih ataupun badmood dia selalu bisa mengembalikan moodku dan membuatku lebih semangat lagi.

Dan dewasa ini aku mulai memahami beberapa aliran musik yang ternyata sangat banyak dan tidak kalah indahnya dengan aliran yang sudah kukanal. Selain itu aku juga mulai mempelajari salah satu alat musik, yaitu gitar, aku jug sangat ingin untuk belajar memainkan drum, tapi sayangnya belum ada kesempatan untuk mempelajarinya. Senang rasanya bisa mengenalnya lebih jauh.

Sampai sini dulu ya, semoga besok-besok kita bisa bercerita lagi. Terima kasih


- Mita





hallo selamat malam (: saya amelya.
awal saya mengenal musik dan mulai suka dan mendengarkan musik itu udah lama banget, dari SD dan itu bener suka banget.
saya mendengarkan musik ga liat genrenya dr mana apa apanya lah pokoknya selagi di telinga saya lagunya enak saya suka.
dan di lain hal, musik menjadi penenang buat saya. di saat saya stress saya denger musik di saat saya cape suntuk bahkan kadang saya dengerin musik selama perjalanan saya ke mana mana.
kaya, sehari ga denger musik tuh belom idup aja gitu saya
jadi, ga tau dah kalo tiba tiba musik di ambil dan di hilangkan dari hidup saya, saya bakal kek gimana :''''' karena se cinta itu sama musik bahkan kalo earphone saya rusak aja nih, saya bisa sebel se sebel sebelnya soal ya earphone kan bagian dari musik :(
wkwkwkw gitu sih cerita saya suka dan cinta musik.
sekian dr sayaaaa
selamat malamm


- Amelya





Mohon maaf sebelumnya mungkin surat ini akan sedikit atau bahkan banyak curhatan. Cerita tentang awal berkenalan dengan musik mungkin akan sedikit panjang , jadi langsung ke titik dimana pengalaman gw sebagai penikmat musik yang cukup membekas dan membuka wawasan baru dalam perkembangan musik terutama dalam musik “indie”. Bisa dibilang pertama kali mengenal musik “anti mainstream” waktu zaman SMA sekitar 10 tahun yang lalu, waktu masih minta lagu lewat bluetooth dengan HP Nokia yang dapetnya dari warnet. Waktu SMA adalah pertama kali mendengarkan The SIGIT pasca rilis Hertz Dyslexia kalau nggak salah, sehingga diriku mendengarkan juga Visible Idea of Perfection yang ternyata membuka wawasan musik gw yang sebelumnya hanya mengikuti pasar dan membawa gw mengikuti musik “indie” sampai hari ini. Di bangku kuliah yang kebetulan di Kota Semarang mulailah diriku ini memberanikan diri nonton gigs walaupun sendiri, ya begitulah diriku dan nasibku dulu, mungkin bisa dibilang sering banget jadi solo fighter kalo masalah nonton gigs terutama band yang dulu “anti mainstream” ya walau bisa dibilang sekarang sudah jadi “the new mainstream”. Yang masih teringat jelas ketika Elephant Kind pertama kali manggung di Semarang acaranya anak UNDIP waktu itu baru keluar album “City J” ,temen-temen belum ada yang ngikutin EK. Akhirnya memberanikan diri berangkat sendiri,belum beli tiket pula eh mau sampe di venue ujan deres alhasil basah sampe di tempat gigs. Tapi dari semua itu gw seneng juga, bisa dibilang jadi saksi perjalanan Elephant Kind. Kemudian beberapa kali nonton ERK di Semarang termasuk event Semarang Bisa Dikonserkan, dan mungkin paling memorable adalah terakhir kali nonton ERK di Semarang karena bisa ketemu sama seseorang(cewek) yang sebelumnya gw kenal cuma dari sosmed terutama di IG yang ternyata baru gw tau doi satu kampus sama gw dan bahkan satu kota kelahiran yaitu Tegal. Oke ini gw ceritain nanti....

Setelah lulus dan balik ke kampung gw dapet kesempatan belajar lagi 1 tahun di Jakarta, di Jkt gw hanya 2 kali nonton gigs karena keterbatasan dana dan waktu (anak kos banget). Yang pertama nonton waktu itu acara launching produk salah satu provider, kenapa gw putuskan nonton itu karen line up nya keren-keren sebut saja polka wars, Sore, trees wild, petra, dekat,morfem, pure Saturday, dan goodninght electric. Dan yang dicari adalah acaranya gratis, ya langsung gas untuk dateng nonton walaupun solo fighter juga, disitu doi komen stories gw katanya iri. Yang kedua adalah berkesempatan untuk menyaksikan Tiba-tiba suddenly rekaman ERK, panggung terakhir sebelum Cholil berangkat ke Amerika mungkin ini pengalaman yang luar biasa sih dulu cuma bisa liat story atau postingan tiba-tiba suddenly eh nggak disangka bisa ikut serta nonton live yang emang atmosfirnya gila sih. Disini doi juga komen story gw, sebenernya gw tau sih dia ngefans banget sama ERK dari dulu.

Oke, lanjut cerita ketemu ini anak waktu ERK di Semarang tahun 2018 padahal udah biasa komen di sosmed dari jaman kapan tapi baru ketemu langsung waktu itu. Canggung ? IYA karena memang belum pernah ketemu langsung tapi kok gw berasa tau ini anak Cuma gara-gara selera musiknya mirip-mirip sama gw. Tapi ada hal yang lain juga bikin canggung karena doi ternyata sama cowoknya, ya gw memang gak banyak tau ya tentang ini dan gw juga gak mau tau juga sih karena memang gw cuman pengen kenal langsung aja sama doi, yangmana sampai hari ini masih biasa komen komenan di stories dan sempet story lagu pamungkas beberapa kali, ternyata dia baru dengerin album Walk the talk di beberapa bulan terahir ini. Jadinya kenapa gw pengen nonton FST nya Pamungkas ini intinya karena doi juga lagi bingung pengen nonton pamungkas dan gak ada temen, btw terahir gw tanya sih belum beli tiketnya dan gw pun belum beli dan masih menimbang-nimbang. Kemaren sih rencananya kalo ada temen mau berangkat, ya barangkali gw beruntung kan bisa ajak dia berangkat bareng kan ya gada salahnya...emang idup gw kayaknya galau kaya lagu lagunye pamungkas yang bisa bikin gw berkata “bangsat ni lagu releate banget ama gw” apalagi album barunya juga. Udahlah segitu aja kebanyakan cakap gajelas banget, lu juga bingung gw juga bingung. Terserah mau menagng mau kagak yang penting gw ikutan biar rame, (pengennya sih menang)...

Cheerss,


- Iffan





Halo, @suakasuara. Sya hendak berbagi cerita perihal musik.

Saya bukan pecinta musik, karena saya tidak bisa bermusik sama sekali. Saya juga bukan penikmat musik yang baik, karena saya yang mendegar hal-hal yang suka saja. Tapi, setidaknya saya menggunakan musik dengan sebaik-sebaiknya.

Bagi saya, musik mempunyai unsur magis yang mampu melakukan dua hal: mencipta suasana keseharian, sekaligus sebagai medium perekam ingatan.

Barangkali kita pernah mendengar satu atau beberapa musik yang diulang terus menerus selama beberapa minggu yang bertepatan dengan momenmomen tertentu, maka musik tersebut akan turut membantu mencipta suasana keseharian dan momen-momen itu. Misal, seminggu yang akan datang kamu akan menjalani tetek bengek serangkaian rencana wisuda. Lalu, kamu menyusun playlist musik untuk kamu dengarkan seminggu kedepan. Kebetulan, kamu memilih beberapa musik yang punya vibes perpisahan, dan kamu dengarkan berulang. Maka suasana keseharianmu akan punya vibes perpisahan yang semakin hari semakin kuat. Dan puncaknya, pada hari H, musik itu menjadi soundtrack yang terngiang di kepalamu ketika wisuda. Magis kan?

Selain itu, musik yang kamu dengarkan berulang selama beberapa minggu itu juga akan membantu merekam ingatan yang tercipta kala itu. Semua orang pasti pernah berujar, “Ah, kalo denger lagu ini, jadi keinget momen itu ya..” Sesederhana itu. Musik mampu menjadi perekam ingatan, lalu menguncinya.

Anyway, Saya punya ritua aneh tiap bulan, yaitu menyusun playlist musik yang akan saya dengarkan satu bulan penuh tiap harinya. Semacam berusaha membuat soundtrack kehidupan tiap bulan. Dan ritual ini sudah berjalan sejak dua tahun lalu. Jujur saja, Saya baru berkenalan dengan musik Pamungkas satu bulan lalu. Bulan Mei atau ramadhan tepatnya. Album Walk The Talk saya dengarkan sebulan penuh dan auto menjadi pencipta suasana keseharian sekaligus perekam ingatan bulan ramadahan ini. Lima hari lalu, ndilalah album kedua Pamungkas bernama Flying Tour akhirnya rilis. Ndilalah juga satu hari seteah Flying Solo rilis saya merealisasikan rancang rencana berlibur ke Bromo, Malang. Flying Solo saya jadikan playlist perjalanan untuk mencipta suasana sekaligus merekam ingatan di Malang ini. Bahkan, ketika menulis paragraf ini, saya sedang mendengarkan “To The Bone” dari album Flying Solo. Rasa-rasanya, vibes untuk menonton konser Pamungkas 27 Juni nanti sudah terbentuk. Dan saya sudah tidak sabar untuk menantinya. Sepertinya, saya ditakdirkan untuk menonton konser ini, ketika sedang suka-sukanya dengan musik Pamungkas.

Oh ya, mungkin cukup itu saja yang bisa saya ceritakan. Maaf kalau amburadul dan tidak urut. Terimakasih @suakassuara sudah memberi ruang untuk bercerita.


- Rifqi





Singkat cerita saya menyukai musik waktu sd sampai sma saya menyukai musik kpop, dan waktu itu saya membenci lagu indonesia I think Indonesian music “bad”, but I don’t know kayak habis berakhir sma saya berpacaran dengan seseorang pemain band disitu saya mulai diperkenalkan musik indonesia dan ternyata gak begitu buruk juga, lalu hubungan saya berakhir, dan saya memasuki bangku kuliah awalnya saya melihat lagu musik jawa diremix dan itu bagus sampai pada akhirnya saya menyukai seperti itu dan saya memasuki bangku kuliah saya memutuskan memasuki organisasi seni ya disitu saya mulai mempelajari musik,saya menyukai musik indie dimulai dengan recomended dari teman saya dan awalnya mendengarkan banda neira, the rabbits, fiersa besari, dll. Lalu saya menyukai lagu dari pamungkas awalnya saya lihat dari ig temen saya lalu saya liat ig pamungkas dan akhirnya saya ngesearch lagunya pamungkas yang judulnya I love you but I’m letting go dan saya liat liat di video itu mirip sekali sama pengalaman cinta saya yang baru saja dan kandas. Pamungkas dan saya mendengarkan lagu pamungkas seperti sorry,break it, one only, kenangan manis, dll. Semua lagu pamungkas persis sekali dengan yang saya alami saat ini.

Sekian dari saya kurang lebihnya suka duka saya menyukai musik.


- Alisa





Hai kenalin nama aku thalita, seorang gadis yang baru saja menginjak usia 19 tahun. Musik bagiku adalah potongan potongan kisah ataupun perjalanan yang kita tuangkan ke dalam nada. Segalanya menyatu dalam lirik dan menjadi melodi. Saat kita sedih musik mampu membawa kita jauh ke dalam alunannya, merasakan tiap tiap notnya dan menghayati tiap liriknya. Musik bagaikan magis yang tak bisa lepas dari kehidupan kita. Saat kita senang dan bahagia sebuah musik dengan beat yang cepat mampu memacu detak jantung kita, memberikan power, memberikan semangat yang membara.

Bagiku musik adalah segalanya.

Sebuah lagu sendu mampu membuatmu luruh dalam alunanya membuatmu mengingat masa lalu, atau perjalanan yang takkan pernah terlupan. Lagu pilu mampu membawaku ke dalam masa seperti yang diceritakan liriknya.

Sebuah lagu tercipta dari pengalaman dan perjalanan hidup, liriknya adalah sebuah penghayatan. Musik tercipta dari hati. Musik dijiwai dengan luka. Musik dihidupi dengan uforia hidup. Musik berdetak dengan nada. Musik ada dengan suara. Musik ada karena diutarakan dari perasaan.


- Thalita





Awal mula saya berkenalan dengan Musik adalah ketika sedang merasakan kekosongan jiwa. Saat saya bingung dengan apa yang saya rasakan. Saya merasa kosong dan sendirian di tengah keramaian. Saya mempunyai banyak keluarga, namun tidak dapat merasakan kehadiran mereka. Saya memiliki banyak teman, namun tidak dapat merasakan apa itu pertemanan. Ketika sedang duduk sambil melamun, sekilas terdengar lantunan nada beserta kalimat “sshhh.... here… here… you are safe here. You are safe with me, I wont judge you.” Pada saat itu, saya merasakan kehangatan ketika mendengar kalimat tersebut membisiki saya dibalik suara khas seorang Ariel Peterpan yang sedang menyenandungkan lagu Semua Tentang Kita. Saya merasa seperti sedang dipeluk dengan hangat dan diberikan penghiburan untuk kondisi saya pada saat itu. Sejak saat itu, saya berkenalan dengan Musik. Mencari tahu lebih dalam tentang Musik hingga akhirnya jatuh cinta kepada Musik. Saya menyukai bagaimanapun bentuk dari Musik dan apapun yang diberikan Musik. Saya semakin jatuh cinta kepada Musik dan bangkit dari kekosongan jiwa dengan bantuan Musik. Musik yang menemani saya melewati hari-hari kelam saya, memeluk saya dan tidak pernah meninggalkan saya. Perlahan-lahan, saya menjadi pribadi yang lebih baik dan mendapatkan kebahagiaan lain dalam hidup. Musik masih selalu ada di sisi saya. Dia tidak meninggalkan dan sayapun tidak meninggalkannya. Musik ada disamping saya untuk memeluk saya dalam keadaan bahagia ataupun sedih. Dia tidak pernah meninggalkan saya. Dia selalu mengerti apa yang saya rasakan dan selalu membuka lebar lengannya untuk saya.

---

Saya bukan orang yang tergila-gila dengan musik atau bahkan mengklaim sebagai seorang music enthusiast, karena bahkan saya tidak bisa memainkan satupun alat musik dan buta dengan nada. Saya hanya menyukai musik, menyukai bagaimana urutan nada dan lantunan suara serta kalimatkalimat dalam musik dapat membuat orang yang mendengarnya menjadi tenang dan tidak merasa sendirian. Bagi saya, ketulusan seseorang ketika menulis sebuah lagu akan selalu sampai kepada pendengarnya. Musik sudah menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari diri saya. Ketika sedang menghadapi berbagai macam situasi di hidup, musik selalu menjadi pilihan teratas saya untuk “pulang”. Musik ikut tertawa bahagia ketika saya bahagia dan ikut menangis sambil memberikan pelukan hangat ketika saya mengeluarkan air mata kesedihan.

- Indah





Gue dan musik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dari kecil gue udah dibiasain bercengkrama musik. Dari musik gerejawi sampe duniawi udah mengalir dalam tubuh gue. Dan gue cinta musik.

Musik membuat gue nyaman. Ada saat gue bahagia sebahagianya dan merana semeranarananya. Complicated sih. Tapi begitulah kurang lebih.

Buat gue, musik juga bisa dinikmati dengan berbagai cara. Dinikmati sendiri, bisa. Dinikmati bersama, nikmat.

Semua punya pendapat soal musik. Gapapa beda untuk cinta sama musik. Tapi ini gue dan akan tetap menjadi gue.

- Anna





Baca Pula

0 comments