Tunggalan Pilihan: Oktober 2019

31 Oktober


Tunggalan Pilihan: Oktober 2019

Sebagai pendukung untuk rilisan berupa album, EP, maupun mini album, beberapa lagu biasanya dilepas secara terpisah dan disebut sebagai tunggalan (single). Namun, tak jarang pula, sebuah tunggalan memang hanya dimaksudkan untuk menjadi sebuah lagu lepas yang tak akan dimuat dalam koleksi apapun. Hal ini pun wajar adanya, sebab melepas sebuah tunggalan memakan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif lebih sedikit dibandingkan saat harus merilis sebuah koleksi.

Karena kemudahan tersebut, dalam kurun waktu satu bulan saja mungkin terlalu banyak tunggalan yang tersedia untuk didengarkan. Saking banyaknya, mungkin saja meluangkan waktu untuk memilih beberapa tunggalan yang menarik sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, melalui rubrik ini kami bermaksud untuk merangkum beberapa tunggalan menarik yang dirilis dalam kurun waktu satu bulan dengan harapan juga akan turut Anda sukai.

Berikut adalah senarai tunggalan yang dirilis sepanjang Oktober 2019 pilihan redaksi suaka suara.


1. Kllo – “Back To You”

Setelah hampir setahun melepas “Candid”, duo sepupu asal Australia ini kembali dengan melepas sebuah tunggalan baru berjudul “Back To You”. Tunggalan ini kembali memadukan vokal pop ringan khas Chloe Kaul dengan musik R&B yang dipenuhi oleh ad-lib dan terdengar berkabut namun anehnya catchy.


2. Moon Gang – “The Visit”

Menampakkan sisi rapuh umumnya menjadi sebuah momok bagi kaum Adam, namun dalam tunggalan perdana duo anyar mereka ini, Bam Mastro dan Karaeng Adjie justru mencoba untuk melakukan hal tersebut. Melalui “The Visit” mereka menyampaikan betapa sedihnya merasa tak lagi dibutuhkan dalam sebuah hubungan dan membuat liriknya seakan menjadi lawan dari “Watermelon Ham”.

Seperti yang diharapkan, pertemuan keduanya menghasilkan musik yang menarik, sebab bebunyian elektronik playful khas The Greatest Ever dapat terdengar tepat saat dipadukan dengan permainan gitar sederhana namun mengawang khas Karaeng Adjie. Harapan lain pun berhasil terpenuhi, saat kedua vokalis yang memiliki suara khas masing-masing ini bernyanyi dengan porsi vokal yang nampaknya sengaja dibagi dengan sama rata.

3. Se So Neon – “Go Back”

Selepas merilis EP Summer Plumage dan mengalami pergantian personel, Se So Neon akhirnya melepas sebuah tunggalan baru dengan formasi anyar mereka. Entah berpengaruh atau tidak, namun bergabungnya Park Hyunjin dan U-su ke dalam band asal Korea Selatan ini seolah memberikan arahan musik baru yang cukup segar. Pasalnya, dalam “Go Back”, musik synth pop psikedelik bernuansa kuno dapat dengan baik mengiringi vokal Soyoon yang lembut.

4. Turnover – “Parties”

Menyusul "Much After Feeling" dan "Plant Sugar", unit rock indie asal Virginia ini melepas tunggalan anyar berjudul "Parties". Tunggalan ini merupakan salah satu nomor dalam Altogether, yang akan dirilis pada 1 November esok.

Walaupun menyuguhkan nada yang mampu mengundang tarian, namun lirik dalam tunggalan ini bercerita tentang bagaimana seseorang yang pendiam menahan diri mereka saat berada dalam keramaian. "Ada bagian dalam "Parties" saat nada berubah sepenuhnya. Bagian tersebut mewakili sebuah momen ketika dinding penghalang dalam dirimu hilang dan kamu mulai menghargai tempat di mana kamu berada," jelas Austin mengenai tunggalan ini.

5. Coldiac – "Tiffany"

Menyusul “Don’t (Love Me)”, band asal kota Malang ini melepas tunggalan baru berjudul “Tiffany”. Melalui penggalan lirik “And you can still be better on your own”, mereka mengajak perempuan masa kini yang memiliki kegelisahan dalam berpenampilan untuk tetap menjadi diri sendiri. Pesan sederhana namun kuat yang dimuat tersebut membuat “Tiffany” seolah memang dimaksudkan untuk menjadi anthem dari kaum Hawa.

6. joan – "ease your mind"

Band indie pop yang sukses dengan “i loved you first” ini melepas tunggalan anyar berjudul “ease your mind” di tahun yang sama. Dalam tunggalan yang terdengar serupa dengan lagu-lagu LANY ini, joan memadukan irama ceria piano elektrik dengan lirik sedih yang bercerita tentang ketidakmampuan dalam melanjutkan petualangan cinta.

7. Rich Brian feat. Chung Ha – “These Nights”

Rich Brian, rapper asal Indonesia yang kini populer di ranah internasional, berkolaborasi dengan Chung Ha dalam tunggalan terbarunya yang berjudul “These Nights”. Lagu yang memiliki melodi 1980-an ini terdengar cukup berbeda dengan lagu-lagu Brian sebelumnya, sebab dalam liriknya banyak terdapat rayuan gombal. Tak hanya berkat lirik tersebut, Brian yang kali ini justru memilih bernyanyi dengan bantuan autotune yang uniknya dibiarkan terdengar kentara membuat tunggalan yang masuk ke dalam kompilasi Head In The Clouds II ini menjadi nomor yang unik dalam diskografinya. 

8. Jorja Smith feat. Burna Boy – "Be Honest (Acoustic)"

Jorja Smith kembali melepas tunggalan yang ditulis oleh dirinya sendiri, Burna Boy, dan Miraa May ini sebulan setelah dilepas pertama kali. Namun, berbeda dengan “Be Honest” yang telah dilepas sebelumnya, tunggalan tersebut kali ini dibawakan dalam format akustik. Perpaduan suara penyanyi solo asal Inggris ini dan Burna Boy dalam format ini terdengar lembut dan mampu memberikan suasana tenang.

9. Tiad Hilm – “The Illest”

Tunggalan yang dilepas sebelum “Downpour” ini merupakan sebuah rap freestyle tanpa tema khusus selain mengagungkan diri sendiri dengan gaya braggadocio. Menariknya, dalam tunggalan yang juga digunakan sebagai pemanasan menuju album keduanya ini, Tiad melancarkan rima-rimanya secara linear sehingga tunggalan ini tidak memiliki hook tertentu.

10. Cosmicburp – “Berhala”

Penggalan lirik “Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepadanya?” menjadi pertanyaan yang menghantui produser/penyanyi/rapper asal Semarang ini. Penggalan lirik tersebut akhirnya membuat ia ingin menyuarakan bahwa semua orang sebenarnya dapat berbuat baik tanpa peduli dengan agama, politik, pekerjaan, dan status sosialnya. Uniknya, tema tersebut cukup banyak disampaikan oleh pria bernama asli Luthfi Adianto ini melalui nyanyian, walaupun rap tetap menjadi suguhan utama dalam tunggalan kali ini.

11. Kanina – “Hell/Highwater”

Lirik dalam tunggalan kedua Kanina ini mungkin terdengar cukup acak, namun dalam penyampaian yang kabur tersebut, ia ingin menyampaikan pesan bahwa para pejuang identitas seksual tidaklah sendiri. Pesan tersebut disampaikan melalui vokal maupun musik yang lebih dapat dikategorikan sebagai sebuah lagu soul alih-alih R&B, sehingga “Hell/Highwater” dapat terdengar cukup berbeda dari “Lust”.

12. CHVRCHES – “Death Stranding”

Tiga tahun setelah menggarap “Warning Call” yang digunakan dalam Mirror's Edge Catalyst, CHVRCHES kembali terlibat dalam penggarapan musik pengiring untuk permainan video. Berbeda dengan “Warning Call” yang membuat kita merasa seolah berada dalam dunia distopia yang dipenuhi dengan kecemasan, “Death Stranding" justru terdengar optimistis berkat sedikit harapan yang terdengar di dalamnya. Menurut Hideo Kojima, sutradara permainan video yang dimaksud, tunggalan “Death Stranding” akan menjadi lagu penutup dari... Death Stranding.

13. Have A Nice Life – “Science Beat”

Have A Nice Life kembali merilis tunggalan anyar yang menyusul “Lords of Tresserhorn” dan “Sea of Worry”. Jika dibandingkan dengan dua buah tunggalan tersebut, “Science Beat” terdengar lebih minimalis namun sekaligus juga mampu menunjukkan sisi eksperimental dari band beranggotakan Dan Barret dan Tim Machuga ini. Walaupun terdengar cukup berbeda, Have A Nice Life tak lantas meninggalkan ciri khas mereka dalam "Science Beat", sebab perpaduan rapalan vokal yang masih tenggelam dan ketukan mesin drum yang tetap repetitif masih dapat dihadirkan.

14. Sociomess – “Societal”

Egi Hisni (vokal), Riski Indriyana (drum), dan Meigy Saputra (bass) melepas tunggalan perdana mereka baru pada dua tahun setelah mereka terbentuk. Dalam tunggalan tersebut, grup yang mengusung tema seputar isu krisis kepercayaan diri, masyarakat, dan kegelisahan ini menyuguhkan permainan bass berdistorsi pun seolah-olah menjadi manifestasi bahwa kita sedang hidup di dunia dan kondisi masyarakat yang bisa dibilang mulai kotor. Musik post-punk/industrial tersebut kemudian dipadukan dengan vokal a la David Bowie era Blackstar yang anehnya dapat mempertebal atmosfer gelap dalam tunggalan ini. 

15. Swans – “The Hanging Man”

Swans, salah satu punggawa rock eksperimental asal New York, merilis Leaving Meaning pada 25 Oktober lalu dan memilih “The Hanging Man” sebagai salah satu tunggalan dari album tersebut. Unsur goth ala Dead Can Dance, neo-folk ala Death in June, dan bebunyian drone berhasil digabungkan dalam komposisi tunggalan berdurasi 10 menit 48 detik ini. Sepanjang lagu yang diselimuti oleh perasaan gelisah ini, Michael Gira terdengar seolah-olah sedang merapalkan mantra-mantra gelap nan gaib secara lemas.

Baca Pula

0 comments