Rilisan yang Patut Dilirik: Februari 2020

28 Maret


Rilisan yang Patut Dilirik: Februari 2020

Di penghujung Maret, kami memilih album, album mini, dan EP yang dirilis pada Februari dan kami sukai. Rilisan-rilisan tersebut kemudian kami kumpulkan menjadi satu ke dalam daftar yang mungkin dapat Anda gunakan sebagai rekomendasi di kala ingin menemukan musik-musik baru untuk didengarkan.

Berikut adalah daftar rilisan album, album mini, dan EP yang dirilis pada Februari 2020 dan menarik perhatian redaksi suaka suara.

1. Flowr Pit – Bedside

Tanpa aba-aba, Alfath A. Nugraha kembali melepas EP sebagai Flowr Pit. Tak hanya diberikan dengan cara tersebut, kejutan lain juga dihadirkan melalui suguhan gaya musik dalam ketiga nomor di dalamnya yang cukup berbeda dengan Sweet Summer Slam Dance XP dan “A Constant Reminder”. Alih-alih menyuguhkan distorsi dan gemuruh drum yang riuh, kali ini Alfath melantunkan pemikiran-pemikiran sentimental yang timbul semasa menjalani masa pemulihan dengan hanya bertemankan suara gitar, piano, dan synthesizer yang sederhana namun justru dapat menampilkan sisi rapuh dari dirinya.


2. Wednesday – I Was Trying to Describe You to Someone

Setelah awalnya hanya digunakan sebagai moniker dari Karly Hartzman, sang vokalis sekaligus gitaris, Wednesday akhirnya melepas album pertama mereka sebagai sebuah band penuh. Formasi kuintet asal Asheville yang kini diisi oleh tiga orang pemain gitar ini selanjutnya menyuguhkan paduan suara-suara bising yang menariknya dapat saling bersautan dengan harmonis dalam kedelapan nomor yang secara sekaligus memuat kombinasi shoegaze dan grunge dengan pengaruh gaya khas musik Amerika Selatan yang cukup kentara.


3. Tame Impala – The Slow Rush

Singkatnya, album yang sempat ditunda perilisannya karena dirasa kurang matang ini terdengar tak lagi terlalu psikedelik dan cenderung lebih playful. Banyak pendapat yang berbeda, namun gaya musik berbeda yang disajikan dalam album keempat Tame Impala ini akhirnya mampu menyuguhkan sebuah warna suara yang unik dalam diskografi Tame Impala. Walaupun begitu, perubahan gaya musik tersebut nyatanya tak disertai dengan perubahan tema lirik, sebab The Slow Rush nyatanya masih cukup banyak memuat cerita tentang pergelutan Kevin Parker dengan pikirannya sendiri, seperti halnya yang terdengar dalam “Lost in Yesterday” dan “It Might Be Time”.


4. Winona Dryver – First Echo Solution

“Indie-pop yang terpengaruh oleh bisingnya shoegaze” rasanya dapat menjadi deskripsi yang secara cukup tepat merangkum EP perdana dari trio asal Yogyakarta ini. EP yang dirilis oleh label dengan nama yang mirip dengan nama band mereka ini sebenarnya memuat banyak nomor lama, yakni “The Perks of Being Pearly Dewdrops’” dan “Blue Strange” yang telah mereka lepas sebagai tunggalan, serta "Sadness Overdrive" dan "Billinda Sequential Waves" yang telah mereka rekam dalam demo. Namun, hal ini membuat “Estetika Stroberi” yang dipilih sebagai nomor pembuka akhirnya terdengar cukup menonjol sebab menjadi satu-satunya lagu berbahasa Indonesia dalam First Echo Solution.

Baca Pula

0 comments